Kamis, 24 Maret 2011

bimbingan dan konseling


 bimbingan dan konseling
Hakekat bimbingan dan konseling

Dalam hal ini sekolah dasar bertanggung jawab memberikan pengalaman-pengalaman dasar kepada anak, yaitu kemampuan dan kecakapan membaca, menulis dan berhitung, pengetahuan umum serta perkembangan kepribadian, yaitu sikap terbuka terhadap orang lain, penuh inisiatif, kreatifitas, dan kepemimpinan, ketrampilan serta sikap bertanggung jawab guru sekolah dasar memegang peranan dan memikul tanggung jawab untuk memahami anak dan membantu perkembangan sosial pribadi anak. Bimbingan itu sendiri dapat diartikan suatu bagian integral dalam keseluruhan program pendidikan yang mempunyai fungsi positif, bukan hanya suatu kekuatan kolektif.
Proses yang terpenting dalam pentingnya bimbingan adalah proses penemuan diri sendiri. Hal tersebut akan membantu anak mengadakan penyesuaian terhadap situasi baru, mengembangkan kemampuan anak untuk memahami diri sendiri dan menerapkannya dalam situasi mendatang. Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi oleh anak, tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang perkembangan anak sebagai pribadi dengan segala kebutuhan, minat dan kemampuan yang harus berkembang
Menurut Prayitno (1997:106) , Konseling adalah proses pemberian layanan bimbingan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. Menurut Mungin Eddy Wibowo(1986:39), Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang.
Bimbingan konseling dapat juga dikatakan sebagai pengembangan diri yang merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan pengembangan karir, serta kegiatan ekstra kurikuler.
Kegiatan pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi/ dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler dapat dibina oleh konselor, guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuan dan kewenangnya. Pengembangan diri yang dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler dapat mengembangkan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

Karakteristik dan masalah yang dihadapi siswa SD

1. Karakteristik siswa sekolah dasar
Masa usia SD (sekitar 6,0- 12,0 ) ini merupakan tahapan perkembangan penting dan bahkan fundamental bagi kesuksesan perkembangan selanjutnya. Karena itu, guru tidaklah mungkin mengabaikan kehadiran dan kepentingan mereka. Ia akan selalu dituntut untuk memahami betul karakteristik anak di SD. Karakteristik anak usia sekolah dasar secara umum sebagaimana di kemukakan oleh Bassett, Jacka dan Logan ( 1983 ) berikut ini :
a. Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik akan dunia sekitar yang mengelilingi mereka sendiri.
b. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira / riang
c. Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha baru
d. Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak kegagalan-kegagalan
e. Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi
f. Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif dan mengajar anak-anak lainnya.

2. Karakteristik siswa berdasarkan faktor usia
Ada yang berpendapat bahwa masa usia sekolah sering pula disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Pada masa keserasian bersekolah ini secara relatif anak-anak lebih mudah dididik dari pada masa sebelumnya dan sesudahnya. Menurut pendapat ini, masa keserasian bersekolah ini dapat diperinci menjadi dua fase, yaitu :
a. Masa kelas-kelas rendah sekolah dasar, kira-kira umur 6,0 atau 7,0 sampai umur 9,0 atau 10,0.
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini antara lain :
1. Ada kecenderungan memuji diri sendiri
2. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, kalau hal itu dirasanya menguntungkan untuk meremehkan anak lain.
3. Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting.
Pada masa ini (terutama pada umur 6,0-8,0 ) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik, tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
b. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, yaitu kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai kira-kira umur 12,0 atau 13,0.
Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini adalah sebagai berikut :
1) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit
2) Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar
3) Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh ahli-ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.
4) Sampai kira-kira umur 11,0 anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya, untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya, setelah kira-kira umur 11,0 pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri.
5) Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah.
6) Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Pada permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat kepada aturan permainan yang tradisional, mereka membuat peraturan sendiri.
Dengan memperhatikan segi individualitas dan karakteristik anak usia SD serta berbagai dimensi perkembangannya, maka seorang guru BK dituntut tidak hanya mengembangkan potensi siswa tetapi juga memahami perkembangan karakteristik siswa dari faktor usia.

3. Karakteristik siswa dilihat dari aspek psikologis dan fisik
Dalam memahami karakteristik anak di SD maka aspek-aspek psikologis dan fisik yang penting dalam perkembangan pada masa anak sekolah diuraikan antara lain beberapa cirinya seperti faktor intelektual, faktor kognitif, faktor verbal, dan faktor emosi.
1. Faktor Intelektual
Intelektualisme bisa diartikan sebagai akal atau pikiran. Faktor intelektual dari murid ialah kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol (huruf, angka, kata, gambar). Menurut Gagne 1967 Kemahiran intelektual seseorang semakin meningkat, dengan semakin menguasai cara berfikir yang tidak berperaga. Dalam berfikir tidak berperaga sangat menonjolkan manfaat dari apa yang disebut “Kemahiran Intelektual”, dimana orang memperoleh pemahaman dan menggunakan konsep, kaidah dan prinsip. Disini pula terdapat “Berfikir Intelektual” yaitu berfikir dengan mencari dan menggunakan pemahaman melalui penguasaan konsep dan relasi-relasi antara konsep itu. Demikian juga pemahaman semacam itu disebut “Pemahaman Intelektual”.
2. Faktor Kognitif
Ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan menggunakan bentuk-bentuk representasi yang mewakili objek-objek yang dihadapi, entah objek itu orang, benda atau kejadian/peristiwa. Oleh karena itu kemampuan kognitif ini, murid dapat menghadirkan realitas dunia di dalam dirinya sendiri, dari hal-hal yang bersifat material dan berperaga seperti perabot rumah tangga, kendaraan, bangunan dan orang, sampai hal-hal yang tidak bersifat material dan berperaga seperti ide “Keadilan, Kejujuran” dan lain sebagainya. Jelaslah kiranya, bahwa semakin banyak pikiran dan gagasan dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif orang itu. Adapun termasuk dalam aktivitas kognitif ini yaitu :
1. Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh dimasa lampau.
2. Berfikir, siswa berhadapan dengan objek-objek yang diwakili dalam kesadaran. Jadi, orang tidak langsung menghadapi objek secara fisik seperti terjadi dalam mengamati sesuatu bila melihat, mendengar dan meraba.
Thornburg 1985 mengemukakan bahwa kemampuan berfikir dan kemandirian mereka lebih tinggi dan bahkan ada diantara mereka yang menampakkan tingkah laku anak remaja permulaan.
3.Faktor Verbal
Yang dimaksudkan faktor verbal pada masa usia sekolah adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bahasa. Kemampuan disini dapat diartikan sebagai kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi, atau kemampuan kognitif.
1. Faktor Emosional
Masa pra sekolah merupakan periode memuncaknya emosi yang ditandai dengan munculnya “Tantramus” rasa takut yang kuat, dan meledaknya cemburu yang tidak beralasan. Semakin bertambah umur anak, ia akan memperlihatkan pengulangan respon emosionalnya yang semakin meningkat yang dikenal oleh orang dewasa sebagai gembira, marah, takut, cemburu, bahagia, ingin tahu, iri dan benci. Bentuk-bentuk tingkah laku emosional ini dapat ditimbulkan oleh berbagai macam rangsangan yang luas, termasuk manusia, benda dan situasi pada mulanya tidak berpengaruh.
Jenis-jenis emosi yang umum pada masa kanak-kanak yaitu :
1. Takut, adanya rasa takut pada anak-anak adalah baik selama rasa takut itu tidak terlalu kuat dan hanya merupakan peringatan terhadap bahaya. Sayangnya kebanyakan anak-anak belajar takut terhadap hal-hal yang tidak berbahaya, dan rasa takut ini menjadi penghambat terhadap tindakan yang mungkin sekali sangat berguna ataupun menyenangkan.
2. Cemas, cemas ialah suatu bentuk rasa takut yang bersifat khayalan. Jadi bukan rasa takut yang disebabkan stimulus dari lingkungan si anak. Kecemasan ini mungkin datangnya dari situasi-situasi yang dikhayalkan atau diimajinasikan akan terjadi. Tapi dapat pula asalnya dari buku-buku, film, komik, radio, ataupun cara-cara rekreasi populer lainnya
3. Marah, marah merupakan reaksi emosional yang lebih sering terjadi pada masa kanak-kanak oleh karena
a. Lebih banyak stimulus yang menimbulkan kemarahan dalam kehidupan anak dari pada stimulus yang menimbulkan rasa takut
b. Banyak anak-anak yang pada usia muda telah menemukan bahwa marah merupakan cara yang baik untuk mendapatkan perhatian atau memuaskan keinginannya.
4. Cemburu, cemburu merupakan respon yang normal terhadap kehilangan nyata ataupun ancaman terhadap kehilangan kasih sayang.
5. Kegembiraan, kesenangan dan kenikmatan, kegembiraan dalam bentuknya yang lebih lunak dikenal sebagai ketenangan, kenikmatan atau kebahagiaan, merupakan emosi yang positif oleh karena individu yang mengalaminya tidak melakukan usaha untuk menghilangkan situasi yang menimbulkannya.
6. Kasih sayang, kasih sayang atau cinta adalah reaksi emosional yang ditujukan terhadap seseorang atau suatu benda. Kasih sayang anak terhadap orang lain terjadi secara spontan dapat ditimbulkan oleh suatu stimulasi sosial yang minim sekalipun.
7. Ingin tahu, minat terhadap lingkungan sangat terbatas selama usia dua atau tiga bulan pertama dari kehidupan terkecuali bila stimulus yang kuat ditujukan terhadap si bayi. Setelah usia itu, apa saja yang baru atau aneh baginya, pasti akan menimbulkan rasa ingin tahu.
Emosi-emosi yang telah disebutkan di atas tidaklah merupakan emosi yang siap sedia atau siap pakai sejak lahir. Emosi itu harus berkembang dan dikembangkan. Perlindungan emosional dipengaruhi oleh dua fakta yakni kematangan dan belajar. Jadi, oleh kedua-duanya, bukan hanya oleh satu dari padanya. Kenyataan bahwa reaksi emosional tertentu tidak muncul sejak awal kehidupan, tidak berarti bahwa itu tidak dibawa sejak lahir. Mungkin emosi itu akan berkembang belakangan sesuai dengan kematangan intelegensi si anak atau bersamaan dengan perkembangan sistem indoktrin. Melalui belajar, objek dan situasi yang pada mulanya tidak menimbulkan respons emosional di kemudian hari mungkin menimbulkan respons rasional.


Masalah yang muncul pada siswa sekolah dasar.

Dalam perkembangan siswa sekolah dasar terdapat berbagai masalah yang muncul. Pada dasarnya dari setiap jenis-jenis masalah, cenderung bersumber dari faktor-faktor yang melatarbelakanginya ( penyebabnya ).
Pada garis besarnya permasalahan pada siswa sekolah dasar dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :
a. Faktor-faktor Internal ( faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), antara lain :
1. Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahan ( alergi, asma, dan sebagainya)
2. Ketidakseimbangan mental ( adanya gangguan dalam fungsi mental ), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasannya cenderung kurang.
3. Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyesuaikan diri (maladjustment ), tercekam rasa takut, benci, dan antipati serta ketidakmatangan emosi.
4. Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap salah seperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah, malas dalam belajar, dan sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
b. Faktor Eksternal ( faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu ), yaitu berasal dari :
1) Sekolah, antara lain :
a. Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
b. Terlalu berat beban belajar (murid) dan mengajar (guru)
c. Metode mengajar yang kurang memadai
d. Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar
2) Keluarga ( rumah ), antara lain :
a. Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis
b. Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
c. Keadaan ekonomi


Fungsi dan Prinsip Bimbingan Konseling

A. Fungsi Bimbingan Konseling secara umum
1. Fungsi penyaluran ( distributif )
fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri-ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
2. Fungsi penyesuaian ( adjustif )
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.
3. Fungsi adaptasi ( adaptif )
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat. Menurut (Sugiyo, 1987:14)

B. Fungsi Bimbingan Konseling secara khusus
1. Fungsi Pemahaman
a. Pemahaman tentang klien (Identitas individu, pendidikan, cita- cita dan prestasi)
b. Pemahaman masalah klien adalah usaha untuk membantu klien agar dapat memahami masalah yang dialaminya. Pemahaman terhadap masalah, akan mempermudah klien untuk dapat menyelesaikan masalahnya.
c. Pemahaman terhadap lingkungan adalah usaha membantu klien untuk dapat memahami lingkungan di luar rumah seperti lingkungan mesyarakat dan lingkungan sekolah. Untuk hal ini individu perlu mendapatkan informasi yang akurat.
2. Fungsi Pencegahan
Pencegahan adalah usaha untuk mempengaruhi individu dengan cara positif dan bijaksana terhadap suatu masalah, sebelum masalah yang sebenarnya terjadi.
3. Fungsi Pengentasan
Pengentasan masalah klien didasarkan pada teori atau pendekatan yang dimiliki oleh masing- masing konselor.
4. Fungsi Pemeliharaan
Pemeliharaan yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memelihara berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
5. Fungsi Pengembangan
Pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
6. Fungsi Advokasi
Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.

Prinsip- prinsip bimbingan konseling di SD
A. Prinsip umum bimbingan konseling
a. Diperuntukkan bagi semua individu
b. Bersifat individual
c. Melakukan hal yang positif
d. Merupakan usaha bersama
e. Pengambilan keputusan
f. Berlangsung dalam berbagai setting kehidupan

B. Prinsip khusus bimbingan konseling
a. Ditujukan bagi semua siswa
b. Membantu kematangan
c. Berkelanjutan
d. Berorientasi pada tujuan
e. Pengambilan keputusan
f. Berorientasi masa depan


Masalah kesulitan membaca yang timbul pada siswa sekolah dasar baik dari faktor internal maupun eksternal.

Uraian kesulitan masalah membaca
Pada masalah yang akan kami uraikan dibawah ini merupakan contoh konkrit masalah anak yang mengalami kesulitan dalam membaca. Dari factor-faktor yang ditimbulkan, anak tersebut mengalami kesulitan disebabkan oleh beberapa masalah. Seorang anak yang tinggal di lingkungan perumahan yang sedikit temen sebayanya dengan kesibukan orang tua yang begitu padat terhadap pekerjaan masing-masing sehingga untuk memperhatikan putrinya dalam sifat akademiknya kurang. Waktu yang disediakan orang tua juga hanya pada malam hari saja. Sedangkan kesempatan yang lain hanya di pergunakan untuk bermain dengan tetangganya yang kebetulan teman sekolah. Dalam hal ini orang tua memperhatikan bidang akademik dengan menyediakan guru les privat yang durasi bertemu hanya 1 minggu 3 kali. Sebelumnya anak tersebut mengalami pengulangan kelas tepatnya di kelas 1 sekolah dasar sebanyak 2 kali berturut – turut akibat tidak dapat membaca. Anak tersebut juga pemalu, dalam hal ini dia takut salah dalam mengeluarkan pendapatnya. Semangat untuk belajar pun juga tidak ada, setiap melakukan aktifitas membaca dibiasakan ada tujuan dalam hal ini hadiah yang diperoleh agar dia mau membaca. Orang tuanya juga mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas mengajar di rumah karena si anak telah capek seharian bermain dan malamnya tidur. Ditinjau dari faktor sekolah dalam hal ini dari pihak guru telah memberikan target bahwa selama 3 bulan kedepan siswa tersebut dihimbau dapat meningkatkan nilai belajarnya. Dan konsekuen yang akan dihadapi apabila tetap tidak dapat menaikkan nilai akademiknya siswa tersebut akan tetap tinggal kelas. Siswa tersebut juga baik dalam bersosialisasi dengan teman sekolahnya, hanya saja dalam keadaan akademiknya terutama membaca sangat kurang. Bagaimana pelayanan BK dalam hal ini adalah guru kelasnya dalam menghadapi siswa tersebut ?
Kesulitan membaca umumnya terjadi pada usia anak sekolah dasar kelas rendah. Kesulitan membaca pada anak sekolah dasar dapat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal.
A. faktor-faktor internal (faktor yang berasal pada diri murid itu sendiri), antara lain:
a. Tidak adanya minat belajar pada anak itu sendiri, contoh: pada saat proses belajar (membaca) berlangsung siswa tersebut tidak memperhatikan pelajaran akan tetapi siswa tersebut sibuk dengan kegiatan lain yang tidak berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
b. Malas (tidak ada semangat untuk belajar), contoh: pada saat proses belajar (membaca) siswa tersebut terkesan tergesa – gesa dalam menyelesaikan tugasnya, yang dipikirkan hanya bermain dan berkumpul dengan teman – temannya.
c. Mudah bosan, contoh: pada saat proses pembelajaran siswa merasa kurang tertarik dengan kegiatan pembelajaran (membaca) yang disampaikan, sehingga siswa cenderung melakukan kegiatan lain yang dianggap lebih menarik.
d. Malu (takut mengungkapkan pendapat), contoh: pada siswa yang pemalu (takut), siswa tersebut cenderung diam saat diminta megungkapkan pendapat di depan orang lain karena siswa tersebut merasa belum mampu dan takut salah.

B. Faktor-faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri individu), yaitu:
a. keluarga, dalam hal ini keluarga terlalu sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga siswa tersebut kurang perhatian baik dalam hal akademik maupun kasih sayang. Sebab kasempatan bertemu dengan orang tua hanya pada malam hari saja saat pulang dari bekerja.
b. lingkungan, dalam hal ini ada dua kategori. Pertama seorang anak yang tinggal di daerah perumahan yang diberi fasilitas dan kepadatan les yang luar biasa di luar kegiatan sekolah oleh orang tuanya, dia dapat berhasil dengan pembentukan karakter yang tidak dapat bersosialisasi dengan warga sekitar akan tetapi pandai. Ada juga karakter anak yang mudah bersosialisasi dengan teman – teman sebayanya tetapi tidak dapat membaca karena hanya mementingkan bermain dan berkumpul dengan teman sebayanya.
c. sekolah, dalam hal ini belajar membaca sangat dipengaruhi oleh faktor sekolah, terutama dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Kesulitan belajr siswa dapat dipengaruhi oleh kegiatan pembelajaran yang kurang baik, dalam hal penggunaan media maupun strategi dalam pembelajaran, sehingga siswa kurang berminat atau tertarik yang mengakibatkan kesulitan dalam belajar membaca.
Akibat yang ditimbulkan dari faktor – faktor tersebut :
a. tergantung pada hadiah setiap melakukan kegiatan membaca
b. prestasi menurun
c. keterlambatan akademik
d. adanya ketidaksesuaian antara ucapan dengan teks (hafalan)
e. tidak percaya diri khususnya dalam membaca dihadapan teman-temannya
f. berani pada orang tua, dalam hal ini karena orang tua sibuk dengan pekerjaan masing-masing sehingga anak tersebut menjadi pembangkang
Cara mengatasi permasalahan kesulitan membaca pada anak kelas rendah yaitu :
Guru kelas dapat melakukan pendekatan melalui pelayanan BK, dengan sistem face to face mengenai permasalahan yang dihadapi siswa dalam hal ini adalah kesulitan siswa dalam membaca. Apabila siswa tersebut sudah mulai mau membuka diri terhadap masalah yang dihadapinya, guru dapat langsung memahami penyebab terjadinya kesulitan membaca pada siswa tersebut. Misalnya saja melalui pendekatan yang berorientasi pada minat dan keinginan siswa tersebut guru lebih memahami karakteristik siswa. Membuat siswa tersebut nyaman dengan kita (guru), dalam hal ini juga hubungan dengan orang tua juga lebih ditingkatkan dalam memonitori anak tersebut di rumah terutama nilai akademiknya. Kerjasama yang terjalin antara orang tua dan guru kelas tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan semangat membaca, baik dengan cara sering bercerita di kelas, atau apabila di rumah orang tua memberikan buku-buku cerita yang ia sukai sehingga menimbulkan rasa penasaran untuk membaca. Guru juga memberikan semangat berupa ajakan untuk belajar membaca bersama- sama hingga siswa tersebut terbiasa untuk membaca, serta media-media yang digunakan guru lebih berorientasi pada keaktifan siswa dalam membaca. Siswa juga dilatih untuk percaya diri, berani mengemukakan pendapat, perhatian yang dapat mengurangi rasa kesepiannya di sekolah yang ditimbulkan dari kesibukan orang tuanya. Melatih siswa untuk tidak tergantung pada hadiah, dapat diganti dengan ucapan motivasi, memuji dan ajakan yang membangun untuk lebih meningkatkan minat membacanya.
Pelayanan yang digunakan pada bimbingan konseling mengenai permasalahan kesulitan siswa dalam membaca yaitu :
a. layanan informasi, layanan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman siswa terhadap pentingnya seorang pelajar itu dapat membaca dengan tujuan siswa tersebut dapat menentukan masa depan atau cita-cita yang akan dicapainya.
b. layanan penempatan dan penyaluran, layanan ini dapat dilakukan untuk lebih memahami keinginan dan bakat yang dimiliki siswa agar siswa tersebut dapat menikmati kegiatan belajarnya tanpa adanya paksaan tetapi sesuai dengan tujuan utama untuk mempermudah dalam membaca.
c. Layanan bimbingan belajar, dalam hal ini tugas guru BK sebagai direktor (membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar), Inisiator (memberikan ide dalam proses belajar mengajar yang menyenangkan), Transmitter (menyebarkan kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan), fasilitator (memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses mengajar), mediator (penengah dalam kegiatan belajar mengajar).
d. Layanan konseling perorangan, layanan ini dibutuhkan apabila dalam penanganannya siswa tersebut sulit untuk terbuka dengan orang lain. Jadi guru melakukan pembicaraan dari hati ke hati mengenai kesulitan pada siswa (dalam hal ini malu kalau sulit untuk membaca).

Pentingnya Pelayanan Bimbingan Konseling di Sekolah Dasar

Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam sistim pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggung jawab.
Pelaksanaan pelayanan bimbingan konseling
a. Pelaksana pelayanan bimbingan konseling di SD/MI/SDLB pada dasarnya adalah guru kelas yang melaksanakan layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, dan penguasaan konten dengan menginfusikan materi layanan tersebut ke dalam pembelajaran, serta untuk peserta didik Kelas IV, V, dan VI dapat diselenggarakan layanan konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan konseling kelompok.
b. Pada satu SD/MI/SDLB atau sejumlah SD/MI/SDLB dapat diangkat seorang konselor untuk menyelenggarakan pelayanan konseling.

Adapun pengertian jenis- jenis layanan bimbingan Konseling, yaitu :
a. Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.
b. Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan.
c. Penempatan dan Penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler.
d. Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terumata kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
e. Konseling Perorangan, yaitu lsayanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.
f. Bimbingan Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
g. Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
h. Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.
i. Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.
Pentingnnya bimbingan dan konseling di SD. Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosiokultural anak tersebut dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan. Bila dicermati dari sudut sosiokultural, yang melatar belakangi perlunya pelayanan bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan.
Bila dicermati dari sudut aspek psikologis yang melatarbelakangi perlunya pelayanan bimbingan konseling adalah adanya perkembangan psikologis pada anak yang meliputi perkembangan intelektual, kognitif, verbal, dan emosional yang melandasi perubahan mendasar dari siswa sekolah dasar.
Faktor utama yang melandasi kebutuhan akan layanan bimbingan di SD ialah faktor karakteristik dan masalah perkembangan siswa. Pendekatan perkembangan dalam bimbingan merupakan pendekatan yang tepat digunakan di SD karena pendekatan ini lebih berorientasi kepada penciptaan lingkungan perkembangan bagi murid, dan berdasar kepada suatu program layanan yang terstruktur dan sistematis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar