Sabtu, 10 April 2010

Cara Merawat Miss V




Bahkan perempuan di negara maju pun masih belum memiliki pengetahuan mendalam mengenai kesehatan reproduksinya. Sama seperti di Indonesia, pembicaraan mengenai hal ini masih dianggap tabu.

Sebuah survei yang diikuti oleh 1.607 perempuan usia 14-35 tahun di Amerika dan Canada, menunjukkan fakta menarik tentang reproduksi. Lebih dari 56 persen mengasosiasikan kesehatan vagina dengan seks, dan hanya 2 dari 5 perempuan (43 persen) mengaitkan hal tersebut dengan kehamilan atau kesuburan. Sebanyak 27 persen perempuan mengaku tidak tahu apa yang sedang terjadi ketika mendapatkan haid pertamanya, dan 37 persen yakin bahwa tampon bisa "hilang" di dalam vagina.

Survei yang digelar oleh Kotex, produk pembalut wanita ini, juga mendapati bahwa masih banyak perempuan yang merasa malu membahas kesehatan vagina. Hasil studi yang ditulis oleh Nancy Redd, penulis buku Body Drama, Dr Tomi-Ann Roberts, PhD, dan Dr Aliza Lifshitz, MD, menyebutkan, masalah seputar vagina tersebut antara lain mengenai menstruasi, kanker rahim, hingga penyakit menular seksual.

Mayoritas perempuan yang disurvei percaya bahwa topik semacam ini tak perlu dibicarakan, dan sekitar seperempatnya menganggap bahwa membicarakan topik seputar vagina berarti kelewat terbuka. Tidak mengherankan bila 60 persen dari perempuan lalu mencari informasi tersebut melalui internet dan 30 persennya membahasnya bersama teman-teman. Ketika mendiskusikannya bersama teman-teman pun, perempuan cenderung memandangnya sebagai bahan jokes (59 persen). Bahkan, mereka akan menggunakan bahasa slang untuk menggantikan kata "vagina" (53 persen).

Padahal, masih menurut penelitian ini, rasa malu yang menjangkiti para perempuan tersebut (mengenai organ reproduksinya) berpengaruh terhadap cara perempuan memandang dirinya. Mereka yang keyakinan dirinya rendah cenderung menganggap vagina mereka buruk, dan merasa kotor saat masa menstruasi. Sebaliknya, perempuan yang cerdas dan tidak malu membicarakan topik seputar vagina cenderung memiliki citra tubuh yang positif, dan puas dengan kepercayaan diri mereka. Mereka juga puas dengan kemampuan untuk mengekspresikan diri mereka.

Meskipun demikian, para perempuan yang disurvei mengatakan remaja putri perlu diberi bekal lebih mendalam mengenai menstruasi dan kesehatan reproduksinya. Mereka juga menuntut gambaran yang lebih realistis mengenai pendidikan reproduksi. Iklan-iklan pembalut saja tidak pernah menyebut "vagina". Yang lebih lucu, menurut mereka, mengapa darah menstruasi selalu diperlihatkan berwarna biru?

Menjelang hari pernikahan, kaum wanita sering melakukan berbagai perawatan agar tampil prima luar-dalam. Tetapi setelah menjalani perkawinan selama bertahun-tahun, perawatan diri sering dilupakan. Kesibukan sehari-hari sering disebut sebagai alasan tidak sempatnya melakukan hal tersebut. Padahal sesibuk apa pun, kita perlu menyisihkan waktu untuk merawat diri. Salah satu yang sebaiknya dilakukan adalah merawat daerah intim kewanitaan. Perawatan ini tak hanya bertujuan untuk memanjakan diri sendiri, tetapi juga bisa membahagiakan pasangan Anda.

Apa yang sebaiknya dilakukan?
Setiap sebulan sekali, wanita yang masih berusia produktif mengalami menstruasi. Tak jarang aroma kurang sedap merebak dari area tersebut selama masa menstruasi atau sesudahnya. Salah satu usaha untuk mengusir bau tersebut adalah menggunakan cairan pembersih khusus dengan pH sangat rendah, yaitu sekitar 3,5 - 4,5. Dengan demikian, seperti yang dijelaskan oleh Elizabeth G. Stewart, MD, dan Paula Spencer dalam buku The V Book, tingkat keasaman vagina jadi lebih tinggi. Kondisi asam di vagina memang perlu dijaga untuk mencegah masuknya bakteri dari luar.

Berikut 9 cara lain untuk menjaga kesehatan vagina:

1. Beberapa wanita memiliki kebiasaan untuk melakukan douching (membersihkan vagina dengan menggunakan alat tertentu) usai masa menstruasi. Alasannya? Agar darah kotor yang keluar saat menstruasi bisa dibersihkan secara maksimal. Padahal, sesungguhnya menstruasi adalah proses alami yang tidak kotor. Sebaiknya lakukan douching atas rekomendasi dokter. Salah membersihkannya, malah bisa membunuh bakteri baik yang sebenarnya dibutuhkan vagina.

2. Hindari kebiasaan menggunakan wewangian pada area intim. Hal ini termasuk saat kita memilih pembalut tipis (panty liner). Sekarang banyak ditemukan panty liner yang disertai wewangian, untuk menjaga aroma area intim kewanitaan kita. Kemungkinan reaksi yang bisa terjadi setelahnya adalah iritasi atau alergi. Untuk pemilik kulit sensitif, hindari pemakaian cairan pelembut pakaian pada saat mencuci pakaian dalam. Sebaiknya gunakan sabun yang lembut dan bebas aroma.

3. Jangan menggunakan panty liner sepanjang hari. Meskipun Anda rajin menggantinya, hal ini mengakibatkan iritasi pada vagina. Kalau cairan yang keluar dari area intim kewanitaan Anda sudah sangat berlebihan, segera kunjungi dokter spesialis kulit dan kelamin.
4. Sebaiknya jangan malas mengganti pembalut. Gunakanlah panty liner pada "detik-detik terakhir" masa menstruasi. Setidaknya gantilah pembalut, panty liner, atau tampon setiap 4 jam sekali. Usai buang air kecil, sebaiknya Anda juga mengganti pembalut.
5. Kondisi iklim Indonesia yang lembap, membuat kita mudah berkeringat. Lecet di area sekitar vagina karena gesekan biasa terjadi. Untuk mencegahnya, kita sering memberi bedak tabur. Sebaiknya mulai sekarang jangan memberi bedak pada daerah intim. Partikel lembut bedak bisa masuk ke vagina dan menjadi penyebab munculnya kanker rahim.
6. Agar tampak langsing dari luar, banyak wanita memilih pakaian dalam yang sangat ketat. Waspadalah, hal ini bisa menimbulkan jamur berkembang biak pada area intim Anda. Sebaiknya jangan terlalu sering mengenakan pakaian dalam superketat. Pilihlah pakaian dalam yang terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat.
7. Mandilah dengan menggunakan sabun yang lembut. Jangan pernah menggosok area sekitar vagina dengan loofah atau sikat tubuh.
8. Lakukan hubungan intim yang aman. Maksudnya, cermati jika pasangan Anda sedang mengidap penyakit kelamin seperti herpes atau lainnya. Dalam kasus beberapa pasangan, suami mereka tidak sadar kalau sedang mengalami penyakit berbahaya tersebut.
9. Periksalah alat kontrasepsi secara teratur.
Melahirkan secara normal dan memiliki anak yang sehat adalah impian semua wanita. Betapa pun sakitnya proses persalinan yang dijalani, melahirkan secara normal memberikan perasaan utuh sebagai wanita. Meskipun demikian, hal ini juga menimbulkan sedikit kekhawatiran pada wanita maupun pasangannya. Mungkinkah ukuran vagina melebar akibat menjadi jalan lahir bagi si bayi?
Dokter Anda mungkin tak akan menyangkal kekhawatiran ini. "Usai melahirkan, pembukaan vagina akan menjadi 1 - 4 cm lebih besar daripada sebelumnya," ujar Bruce Rosenzweig, MD, direktur uroginekologi di Rush University Medical Center, Chicago.
Apakah vagina akan kembali ke ukuran sebelum melahirkan setelah Anda menjalani masa penyembuhan, tergantung pada besarnya si bayi, berapa lama Anda mengejan, bagaimana kemampuan dokter kandungan Anda dalam menjahit kembali vagina yang telah robek, dan... seberapa rajin Anda melakukan latihan Kegel sesudahnya.
“Jika Anda melakukan latihan Kegel tersebut untuk menguatkan otot-otot vagina, hasilnya pasti lebih baik," ujar Millicent Comrie, MD, pendiri dan direktur media Long Island College Center for Women’s Health di Brooklyn.
Dengan kata lain, vagina memang melebar, namun dapat kembali ke ukuran semula dengan syarat-syarat tertentu. Apalagi jika dokter mampu menjahit dengan rapi dan teliti, "Hasilnya bahkan bisa lebih baik daripada sebelumnya," ungkap Comrie.
Nah, jika Anda sudah pernah melahirkan beberapa kali, tentu Anda perlu membuat otot vagina lebih kencang daripada yang Anda dapatkan dengan berlatih Kegel. Jika hal ini begitu penting bagi Anda, atau memang sudah mengganggu kenyamanan atau kesehatan Anda, mintalah dokter kandungan untuk melakukan rekonstruksi vagina (perineoplasty atau vaginoplasty). Tindakan ini dapat membantu mengangkat dan mengencangkan otot-otot yang mengendur pada pembukaan vagina dan bagian yang lebih dalam.
"Saya sering bertanya-tanya, Miss V saya kok baunya berbeda," tulis seorang pembaca. "Aneh ya, kedengarannya, tapi saya selalu khawatir milik saya baunya kurang sedap, atau berbeda dari wanita lain. Saya tak yakin hal itu normal atau tidak. Bisakah orang lain bisa menciumnya?"
Boleh dibilang, pertanyaan seperti ini sudah lama terpendam dalam hati para wanita, namun tak banyak yang berani mengungkapkannya. Bila kondisi kesehatan vagina memang cukup baik, tentu tak akan jadi masalah. Bagaimana bila vagina sedang terinfeksi, namun tidak segera diatasi karena Anda malu menyampaikannya? 
Menurut Ian Kerner, sex therapist yang juga konsultan Love & Sex dari AOL, seperti juga ukuran penis untuk para pria, aroma dan penampilan vagina memang sering memberikan masalah untuk para wanita. Mereka merasa malu jika aroma atau penampilan bagian intimnya ini berbeda dari kebanyakan orang. "Namun kemaluan setiap orang itu berbeda, dan tidak ada dua labia yang sama," tegas Kerner. Wanita seharusnya merasa nyaman dan tetap menarik, kecuali respons pasangan memang kurang baik. Bahkan vagina yang bersih terawat pun memiliki aroma tertentu. Namun bila bau yang ditebarkan tidak seperti biasanya, hal ini bisa menunjukkan bahwa mungkin Anda sedang tidak menggunakan cara pembersihan yang semestinya. Atau, Anda mengalami infeksi.
Aroma vagina biasanya timbul akibat keringat, karena kemaluan dan vagina memang memiliki kelenjar keringat. Aroma tersebut bisa saja berubah menjelang menstruasi, sebagai respons terhadap hormon-hormon yang dilepaskan. Karena itu Anda tak perlu membeli semprotan vagina dengan pengharum, karena produk semacam itu mengandung bahan kimia yang mungkin justru memberikan reaksi yang buruk.
Aroma vagina juga tidak akan tercium bila Anda mengenakan pakaian lengkap. Dokter ahli kandungan baru akan menangkap aroma pasiennya ketika melakukan pemeriksaan, misalnya pap smear (yang tentunya harus membuka celana dalam).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar