Senin, 05 April 2010

Perih Setelah Hubungan Seksual


”Istri saya saat ini sedang hamil empat bulan. Kehidupan seks kami sangat normal, bahkan kadang-kadang justru istri yang meminta. Cuma, istri saya pernah mengeluhkan tentang keputihan yang ia alami. Keputihannya tidak berbau, tetapi kental seperti ingus dan sedikit bergelembung. Apakah keputihan ini berbahaya?

Istri juga sering merasakan perih di kelamin ketika membasuhnya setelah melakukan hubungan seksual. Padahal, dia bisa merasakan nikmat. Mengapa terjadi seperti ini? Meskipun perih ini tidak terlalu sakit, sebagai suami, saya merasa tidak tega.”


Luka Lecet
Sebenarnya keputihan ada dua macam, yaitu keputihan yang normal (fisiologis) dan keputihan yang tidak normal (patologis). Keputihan yang normal biasanya tidak berbau, agak kental sampai cair seperti putih telur, dan tidak disertai gejala lain. Sebaliknya, keputihan yang disebabkan oleh penyakit biasanya berbau, berwarna tertentu, dan disertai gejala lain seperti gatal.

Untuk menentukan apakah keputihan yang dialami oleh istri Anda normal atau merupakan gejala penyakit, tentu diperlukan pemeriksaan yang benar. Pada kehamilan, sering terjadi keputihan yang normal seperti itu.

Mengenai rasa perih yang dialami istri tampaknya disebabkan luka lecet kecil yang terjadi akibat hubungan seksual. Sebenarnya kejadian ini bukan sesuatu yang aneh, walaupun mestinya tidak harus terjadi.

Mungkin kejadian ini disebabkan oleh perlendiran vagina yang tidak cukup terjadi, sehingga tekanan penis terjadi lebih langsung ke dinding vagina. Mungkin juga karena hubungan seksual berlangsung lama, sehingga gesekan penis ke vagina juga lebih lama terjadi.

Kemungkinan lain, akibat bentuk bagian perut yang berubah karena kehamilan, penis lebih menekan bagian luar kelamin, sehingga menimbulkan kelecetan. Bisa juga karena tekanan yang terlalu kuat selama hubungan seksual berlangsung.     

Untuk mengatasinya, cobalah hindari kemungkinan penyebab di atas. Umumnya kelecetan itu cepat sembuh, dan tidak menimbulkan infeksi lebih lanjut.
Penurunan kadar estrogen pada wanita mengakibatkan sejumlah dampak, seperti berkurangnya lendir dan penipisan pada lapisan vagina. Ketika vagina hanya mengeluarkan sedikit lendir, rasa sakit bisa terjadi saat bersanggama.

Selain kesakitan, hal ini membuat wanita tidak merasakan kenikmatan seks. Sebab ketika kondisi wanita tengah terangsang, maka vagina akan mengeluarkan sejenis cairan yang dapat melenturkan. Selain itu, saluran vagina dapat melebar, menjadi lebih panjang dan lebih basah. Sehingga ketika penetrasi tiba, penis tak mengalami kesulitan untuk "menjelajahi" setiap sudut vagina. Fungsi dari kelenjar-kelenjar dalam vagina juga menghasilkan cairan yang menjaga kebersihan dan kelembapan vagina.

Namun, bagaimana dengan kondisi wanita yang mengalami menopause, ataupun sulit terangsang secara seksual? Apa vaginanya tidak bisa mengeluarkan banyak cairan? Tentu saja itu pemikiran yang tidak tepat. Sebab, masih terdapat solusi mudah untuk membuat vagina licin ketika berhubungan seks.

"Minyak lubrikasi tak hanya membuat vagina lebih ’luwes’, sehingga Mr P bisa masuk dengan lancar. Tapi juga bisa membuat hubungan seks berjalan lebih lama," kata pakar seks dari Amerika Serikat, Pepper Schwartz PhD, yang dikutip okezone dari Sheknows, Senin (29/3/2010).

Nah, jika Miss V Anda kesulitan untuk "menyambut" kedatangan Mr P pasangan, saatnya untuk memberikan minyak lubrikasi sebagai solusinya!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar