Rabu, 10 Maret 2010

Ejaan

1. Ejaan van Ophuijsen

Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalah sebagai berikut.



a.     Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.

b.     Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.

c.      Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma'moer, 'akal, ta', pa', dinamai'

Selain itu beerapa huruf seperti huruf C, J, Y, NY, dan KH berbeda penulisannya:

  • ‘c’ menjadi ‘tj’ : cuci → tjoetji
  • ‘j’ menjadi ‘dj’ : jarak → djarak
  • ‘y’ menjadi ‘j’ : sayang → sajang
  • ‘ny’ menjadi ‘nj’ : nyamuk → njamoek
  • ’sy’ menjadi ’sj’ : syarat → sjarat
  • ‘ch’ menjadi ‘kh’ : achir → akhir

·         Cicak menjadi Tjitjak

·         Yang menjadi jang

·          Kecil menjadi ketjil

·         Jakarta menjadi Djakarta

·         boekoe, ma’lum, ’adil, tida’, pende’,Mendoekoeng, Tentoe sadja, Kalaoe jang doeloe akan soesah batjanja.



2. Ejaan Soewandi



Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut.



a.     Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.

b.     Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.

c.      Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.

d.     Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.

Contoh

Achir –Akhir

 kupu2 – Kupu-Kupu

djembatan – Jembatan

 isjarat – Isyarat

djalan – Jalan

djauh – Jauh
pajung -Payung
njonja – Nyonya

 bunji - Bunyi
masjarakat  - Masyarakat
tjukup – Cukup

tjutji - Cuci


Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.

maaf, fakir
valuta, universitas
zeni, lezat





3. Ejaan Melindo

Melindo merupakan kepanjangan dari Melayu—Indonesia. Ejaan Melindo ini dikenal pada akhir tahun 1959. Peresmian ejaan ini batal karena faktor perkembangan politik pada tahun-tahun berikutnya.  Ejaan dengan nama Melayu—Indonesia ini tentu tidak hanya berkaitan dengan Republik Indonesia, melainkan juga dengan negeri tetangga kawasan Melayu, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam.

Berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 062/67 tanggal 19 September 1967 disahkan sebuah panitia Ejaan Bahasa Indonesia. Panitia ini bertugas unutk melanjutkan pekerjaan panitia Ejaan Melindo.

Oleh Pemerintah Indonesia, Rancangan Ejaan Melindo kemudian diresmikan dengan nama Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar